Awal Mula Membuka Warung

Awal Mula Membuka Warung

Ceritanya saya punya usaha kecil mikro, yaitu warung sembako di rumah. Seperti warung-warung kecil lainnya, yang kami jual adalah barang-barang kebutuhan sehari-hari orang rumahan seperti beras, sabun, telur, hingga jajanan anak-anak termasuk kerupuk. Pokoknya apa saja yang dibutuhkan sehari-hari di rumah tangga. Banyak hal yang bisa diceritakan. satu persatu akan saya tulis di blog ini, artikel demi artikel. Awalnya dimaksudkan hanya sekedar sebagai memori pribadi, namun sekaligus berbagi cerita dengan anda-anda semua (barang kali kelak ada gunanya).


Awalnya yang punya keinginan bikin warung adalah istriku. Dia ingin punya warung kecil di rumah untuk menambah penghasilan. Paling tidak, cukup untuk biaya hidup sehari-hari kami sekeluarga, gak lebih. Namun karena di komplek perumahan kami sudah ada warung maka niat tersebut urung terwujud dengan alasan nggak enak sama si pemilik warung itu, ntar dikira saingan. Namun Alloh berkehendak lain. Tetanggaku si pemilik warung berencana akan menutup warungnya karena dia mau mencoba peluang bisnis lain yaitu berjualan baju di pasar. Katanya omsetnya lebih besar dan untungnya jauuuh lebih gede dari pada warung rumahan. Nah istriku yang mendengar berita itu langsung "nyelekop" bilang mau beli warungnya (diambil alih). Dan akhirnya deal. Singkat cerita, semua barang-barang sisa warungnya kami beli (termasuk perabotan-perabotan sekaligus tanpa terkecuali). Barang yang tidak pentingpun ikut dijual (si pemilik warung gak mau rugi sedikitpun-dasar mental pedagang tulen pikirku). Dan akhirnya jadilah kami ambil alih seluruh isi warungnya. ada kali 7 juta an buat ngeborong semuanya.

Langkah kedua adalah berjualan di rumah. Rumah kami kecil tipe 22. karena barang-barang sudah terbeli, sedangkan warung belum dibangun, maka semua barang isi warung kami letakkan di ruang tamu. Jadilah ruang tamu kami sekaligus menjadi warung. ini hanya untuk sementara sampai bangunan warung kami selesai dibangun. Kami memang berencana akan membuat warung permanen di halaman depan rumah. Pikir kami sambil dibangun warung, kami tetap bisa berjualan di ruang tamu.

Bangunan warung dalam proses pembuatan oleh tukang. Saya telah membuat perhitungan mulai dari biaya hingga schedule pembangunan. Bahkan disain warung serta instalasi listriknya saya sendiri yang membuat. Warung kami kecil hanya berukuran 3x3 meter. Bangunan dibuat semi kokoh, dengan pondasi bata merah 3 lapis sedalam 40 cm, dinding batako kosong, komposisi campuran semen-pasir yang standar (tidak asal, tapi cukup kuat dan awet), atap baja ringan (agar awet hingga puluhan tahun), atap dibuat tinggi sekitar 3 meteran (agar hawanya tidak ngap/panas), pintu rolling door galvalum (murah dan awet), peralatan listrik yang berkualitas (agar aman dan awet), dan cat dinding berkualitas standar (agar awet). Dari segi schedule, saya sudah membuat schedule harian pekerjaan tukang. Prediksi saya warung selesai dibikin dalam 15 hari.

Hal-hal kecil tidak luput dari perhatian saya. Material-material yang akan dibutuhkan tukang sudah saya hitung dan prediksi jumlah, harga, dan tanggal pembeliannya (meski terkadang sesekali ada miss nya sedikit gak mengapalah). Untuk faktor cuaca, di luar prediksi dan kemampuan saya. Dan benar saja, di awal pembangunan ternyata hujan di siang hari hingga 2 hari berturut turut. Akhirnya schedule jadi molor. Dan karena saya mempekerjakan tukang harian, maka harus diprioritaskan pekerjaan mana saja yang musti didahulukan dan mana saja yang bisa diakhirkan atau bahkan ditiadakan. Maklum menghemat biaya tukang. Akhirnya warung selesai dibangun dalam waktu 16 hari (molor 1 hari dari prediksi saya, itupun ada point-point yang terpaksa saya tiadakan dikarenakan faktor biaya yang mepet). Pada hari yang ke-17, warung saya sudah terisi barang dagangan, lega rasanya, alhamdulillah.

Sekarang warung saya sudah benar-benar terlihat seperti warung. Rak kayu penuh dengan bermacam-macam barang jualan, langit-langit warung juga penuh dengan gantungan barang jualan seperti kopi sachet, sampo, popok bayi, hingga bumbu-bumbu dapur. Belum terlalu banyak memang, karena belum belanja banyak. Tapi yang penting sudah terlihat layaknya warung pada umumnya.

Langkah selanjutnya adalah berbelanja.Anggaran untuk belanja tinggal sedikit. Maklumlah, anggarannya sudah banyak digunakan untuk membangun warung (sekitar 15 juta). Angka tersebut tidak bisa dibilang murah, karena memang bahannya standard dan bukan murahan. Terus ikuti cerita saya dalam berbelanja, di posting berikutnya...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Awal Mula Membuka Warung"

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.